Tugas Besar Kelompok (Alat Pendeteksi Asap Dan Api Pada Ruangan Kimia)


 [KEMBALI KE MENU SEBELUMNYA]



1. Tujuan[kembali]

  1. Mengetahui prinsip kerja dari sensor yang digunakan

  2. Mampu membuat rangkaian dengan mengaplikasikan sensor

2.  Alat dan Bahan[kembali]

1. Alat 

·       Baterai 12 V

2.    Bahan

·       Resistor

Resistor 5k 1 watt (2 buah)

Resistor 10kΩ 1 watt (2 buah)

·       kapasitor

Kapasitor 1 pF (1 buah)

Kapasitor 1uF (1 buah)

·       IC OP-AMP

    ·      IC MAX907EPA

Product Attribute

Attribute Value

Manufacturer:

Maxim Integrated

Product Category:

Analog Comparators

RoHS:

N

Mounting Style:

Through Hole

Package / Case:

PDIP-8

Number of Channels:

2 Channel

Output Type:

Complementary

Response Time:

40 ns

Comparator Type:

General Purpose

Supply Voltage - Min:

4.5 V

Supply Voltage - Max:

5.5 V

Operating Supply Current:

1 mA

Output Current per Channel:

100 uA

Vos - Input Offset Voltage:

2 mV

Ib - Input Bias Current:

300 nA

Minimum Operating Temperature:

- 40 C

Maximum Operating Temperature:

+ 85 C

Series:

MAX907

Packaging:

Tube

Height:

4.45 mm (Max)

Length:

9.91 mm (Max)

Product:

Analog Comparators

Supply Type:

Single, Dual

Technology:

Bipolar

Type:

Ultra Low Power Comparator

Width:

7.87 mm (Max)

Brand:

Maxim Integrated

Shutdown:

No Shutdown

CMRR - Common Mode Rejection Ratio:

86.02 dB

GBP - Gain Bandwidth Product:

-

Maximum Dual Supply Voltage:

+/- 2.75 V

Minimum Dual Supply Voltage:

+/- 2.25 V

Operating Supply Voltage:

5 V

Pd - Power Dissipation:

727 mW

Product Type:

Analog Comparators

Propagation Delay Time:

40 ns

PSRR - Power Supply Rejection Ratio:

86.02 dB

Factory Pack Quantity:

50

Subcategory:

Amplifier ICs

Part # Aliases:

MAX907

Unit Weight:

0.032805 oz



Komponen input

    ·   Sensor MQ-2


Konfigurasi Pin:

Pin No:

Nama Pin:

Deskripsi

Untuk Modul

1

Vcc

Pin ini memberi daya pada modul, biasanya tegangan operasi + 5V

2

Tanah

Digunakan untuk menghubungkan modul ke ground sistem

3

Digital Out

Anda juga dapat menggunakan sensor ini untuk mendapatkan keluaran digital dari pin ini, dengan mengatur nilai ambang batas menggunakan potensiometer

4

Analog Out

Pin ini mengeluarkan tegangan analog 0-5V berdasarkan intensitas gas

Untuk Sensor

1

H -Pins

Dari dua pin H, satu pin terhubung ke suplai dan pin lainnya ke ground

2

A-Pins

Pin A dan pin B dapat dipertukarkan. Pin ini akan diikat ke tegangan Suplai.

3

B-Pin

Pin A dan pin B dapat dipertukarkan. Satu pin akan bertindak sebagai keluaran sementara yang lainnya akan ditarik ke ground.


Fitur:

Tegangan Operasi + 5V

Dapat digunakan untuk Mengukur atau mendeteksi LPG, Alkohol, Propana, Hidrogen, CO dan bahkan metana

Tegangan keluaran analog: 0V hingga 5V

Tegangan Output Digital: 0V atau 5V (TTL Logic)

Durasi pemanasan awal 20 detik

Dapat digunakan sebagai sensor Digital atau analog

Sensitivitas pin Digital dapat divariasikan menggunakan potensiometer


    ·   Sensor Api

Operating Voltage

3.3V to 5.5V

Infrared Wavelength Detection

760 nm to 1100 nm

Sensor Detection Angle

60

Board Dimensions

1.5cm x 3.6cm [0.6in x 1.4in]

 

Application:

- Detects fire.

- Robot fire extinguisher.

- Fire alarm.






Komponen output 

  • 5V Relay

Konfigurasi Pin Relay

Nomor PIN

Nama Pin

Deskripsi

1

Coil End 1

Digunakan untuk memicu (On / Off) Relay, Biasanya satu ujung terhubung ke 5V dan ujung lainnya ke ground

2

Coil End 2

Digunakan untuk memicu (On / Off) Relay, Biasanya satu ujung terhubung ke 5V dan ujung lainnya ke ground

3

Umum (COM)

Umum terhubung ke salah satu Ujung Beban yang akan dikontrol

4

Biasanya Tutup (NC)

Ujung lain dari beban terhubung ke NO atau NC. Jika terhubung ke NC beban tetap terhubung sebelum pemicu

5

Biasanya Terbuka (TIDAK)

Ujung lain dari beban terhubung ke NO atau NC. Jika terhubung ke NO, beban tetap terputus sebelum pemicu

Fitur Relay 5V 

  • Trigger Voltage (Tegangan melintasi koil): 5V DC

  • Trigger Current (Arus Nominal): 70mA

  • Arus beban AC maksimum: 10A @ 250 / 125V AC

  • Arus beban DC maksimum: 10A @ 30 / 28V DC

  • Konfigurasi 5-pin yang ringkas dengan cetakan plastik

  • Waktu pengoperasian: 10msec Waktu rilis: 5msec

  • Peralihan maksimum: 300 operasi / menit (secara mekanis)


·       Motor DC 


Spesifikasi Item :

Tegangan Terukur 9V DC

o   Tanpa kecepatan beban 12000 ± 15% rpm

o   Tidak ada arus beban ≤280mA

o   Tegangan operasi 1.5-9V DC

o   Mulai Torsi ≥250g.cm (menurut blade yang dikembangkan sendiri)

o   mulai saat ini ≤5A

o   Resistansi Isolasi di atas 10Ω antara casing dan terminal DV 100V

o   Arah Rotasi CW: Terminal [+] terhubung ke catu daya positif, terminal [-] terhubung ke nagative

o   daya, searah jarum jam dianggap oleh arah poros keluaran

o   celah poros 0,05-0,35mm

·   Active Passive Buzzer


Konfigurasi Pin Buzzer

Nomor PIN

Nama Pin

Deskripsi

1

Positif

Diidentifikasi dengan simbol (+) atau kabel terminal yang lebih panjang. Dapat didukung oleh 6V DC 

2

Negatif

Diidentifikasi oleh kabel terminal pendek. Biasanya terhubung ke ground sirkuit

Fitur dan Spesifikasi Buzzer

·        Tegangan Terukur: 6V DC

·        Tegangan Operasi: 4-8V DC

·        Nilai saat ini: <30mA

·        Jenis Suara: Bip Terus Menerus

·        Frekuensi Resonan: ~ 2300 Hz 

·        Paket bersegel kecil dan rapi

·        Papan tempat memotong roti dan papan Perf ramah

Model 2d

 


3. Landasan Teori[kembali]

·       Resistor

Resistor atau dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan Hambatan atau Tahanan dan biasanya disingkat dengan Huruf “R”. Satuan Hambatan atau Resistansi Resistor adalah OHM (Ω). Sebutan “OHM” ini diambil dari nama penemunya yaitu Georg Simon Ohm yang juga merupakan seorang Fisikawan Jerman.

Untuk membatasi dan mengatur arus listrik dalam suatu rangkaian Elektronika, Resistor bekerja berdasarkan Hukum Ohm.

Fixed Resistor

Fixed Resistor adalah jenis Resistor yang memiliki nilai resistansinya tetap. Nilai Resistansi atau Hambatan Resistor ini biasanya ditandai dengan kode warna ataupun kode Angka.

Bentuk dan Simbol Fixed Resistor :

Yang tergolong dalam Kategori Fixed Resistor berdasarkan Komposisi bahan pembuatnya diantaranya adalah :

Carbon Composition Resistor (Resistor Komposisi Karbon)

Resistor jenis Carbon Composistion ini terbuat dari komposisi karbon halus yang dicampur dengan bahan isolasi bubuk sebagai pengikatnya (binder) agar mendapatkan nilai resistansi yang diinginkan. Semakin banyak bahan karbonnya semakin rendah pula nilai resistansi atau nilai hambatannya.

Nilai Resistansi yang sering ditemukan di pasaran untuk Resistor jenis Carbon Composistion Resistor ini biasanya berkisar dari 1Ω sampai 200MΩ dengan daya 1/10W sampai 2W.

Carbon Film Resistor (Resistor Film Karbon)

Resistor Jenis Carbon Film ini terdiri dari filem tipis karbon yang diendapkan Subtrat isolator yang dipotong berbentuk spiral. Nilai resistansinya tergantung pada proporsi karbon dan isolator. Semakin banyak bahan karbonnya semakin rendah pula nilai resistansinya. Keuntungan Carbon Film Resistor ini adalah dapat menghasilkan resistor dengan toleransi yang lebih rendah dan juga rendahnya kepekaan terhadap suhu jika dibandingkan dnegan Carbon Composition Resistor.

Nilai Resistansi Carbon Film Resistor yang tersedia di pasaran biasanya berkisar diantara 1Ω sampai 10MΩ dengan daya 1/6W hingga 5W. Karena rendahnya kepekaan terhadap suhu, Carbon Film Resistor dapat bekerja di suhu yang berkisar dari -55°C hingga 155°C.

Metal Film Resistor (Resistor Film Logam)

Metal Film Resistor adalah jenis Resistor yang dilapisi dengan Film logam yang tipis ke Subtrat Keramik dan dipotong berbentuk spiral. Nilai Resistansinya dipengaruhi oleh panjang, lebar  dan ketebalan spiral logam.

Secara keseluruhan, Resistor jenis Metal Film ini merupakan yang terbaik diantara jenis-jenis Resistor yang ada (Carbon Composition Resistor dan Carbon Film Resistor).

o   Cara menghitung nilai Resistor berdasarkan Kode Warna

nilai Resistor yang berbentuk Axial adalah diwakili oleh Warna-warna yang terdapat di tubuh (body) Resistor itu sendiri dalam bentuk Gelang. Umumnya terdapat 4 Gelang di tubuh Resistor, tetapi ada juga yang 5 Gelang.

Gelang warna Emas dan Perak biasanya terletak agak jauh dari gelang warna lainnya sebagai tanda gelang terakhir. Gelang Terakhirnya ini juga merupakan nilai toleransi pada nilai Resistor yang bersangkutan.

Tabel dibawah ini adalah warna-warna yang terdapat di Tubuh Resistor:


Perhitungan untuk Resistor dengan 4 Gelang warna :


Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-1 (pertama)
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-2
Masukkan Jumlah nol dari kode warna Gelang ke-3 atau pangkatkan angka tersebut dengan 10 (10n)
Merupakan Toleransi dari nilai Resistor tersebut

Contoh :

Gelang ke 1 : Coklat = 1
Gelang ke 2 : Hitam = 0
Gelang ke 3 : Hijau = 5 nol dibelakang angka gelang ke-2; atau kalikan 105
Gelang ke 4 : Perak = Toleransi 10%
Maka nilai Resistor tersebut adalah 10 * 105 = 1.000.000 Ohm atau 1 MOhm dengan toleransi 10%.

Perhitungan untuk Resistor dengan 5 Gelang warna :


Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-1 (pertama)
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-2
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-3
Masukkan Jumlah nol dari kode warna Gelang ke-4 atau pangkatkan angka tersebut dengan 10 (10n)
Merupakan Toleransi dari nilai Resistor tersebut

 

Rumus dari Rangkaian Seri Resistor adalah :

Rtotal = R1 + R2 + R3 + ….. + Rn

Dimana :
Rtotal = Total Nilai Resistor
R1 = Resistor ke-1
R2 = Resistor ke-2
R3 = Resistor ke-3
Rn = Resistor ke-n



Rumus dari Rangkaian Seri Resistor adalah :

1/Rtotal = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3 + ….. + 1/Rn

Dimana :
Rtotal = Total Nilai Resistor
R1 = Resistor ke-1
R2 = Resistor ke-2
R3 = Resistor ke-3
Rn = Resistor ke-n

Berikut ini adalah gambar bentuk Rangkaian Paralel :

·       Kapasitor



Kapasitor (Capacitor) atau disebut juga dengan Kondensator (Condensator) adalah Komponen Elektronika Pasif yang dapat menyimpan muatan listrik dalam waktu sementara dengan satuan kapasitansinya adalah Farad. Satuan Kapasitor tersebut diambil dari nama penemunya yaitu Michael Faraday (1791 ~ 1867) yang berasal dari Inggris. Namun Farad adalah satuan yang sangat besar, oleh karena itu pada umumnya Kapasitor yang digunakan dalam peralatan Elektronika adalah satuan Farad yang dikecilkan menjadi pikoFarad, NanoFarad dan MicroFarad.

Konversi Satuan Farad adalah sebagai berikut :

1 Farad = 1.000.000µF (mikro Farad)

1µF = 1.000nF (nano Farad)

1µF = 1.000.000pF (piko Farad)

1nF = 1.000pF (piko Farad)

Kapasitor merupakan Komponen Elektronika yang terdiri dari 2 pelat konduktor yang pada umumnya adalah terbuat dari logam dan sebuah Isolator diantaranya sebagai pemisah. Dalam Rangkaian Elektronika, Kapasitor disingkat dengan huruf “C”.

Menghitung Nilai Kapasitor Seri Paralel

    

·       Detektor

    Rangkaian detektor ada 2 macam yaitu:

 Detektor inverting

Dengan Vref = 0 Volt

Rangkaian detektor inverting dengan tegangan input Vi berupa gelombang segitiga dan tegangan referensi Vref = 0 Volt adalah seperti gambar.



Gambar Rangkaian detektor inverting

Dengan menggunakan persamaan (1) maka Vi = V2 dan Vref = V1 sehingga bentuk gelombang tegangan output Vo  yang dihasilkan adalah seperti gambar.



Gambar Bentuk gelombang input dan gelombang output

Adapun kurva karakteristik Input-Ouput (I-O) adalah seperti gambar. Dengan Vi > 0 (artinya Vi > 65 µ Volt untuk rangkaian detektor dengan ±Vs = ±15 Volt) maka Vo = -Vsat dan sebaliknya bila Vi < 0 (artinya Vi < -65 µ Volt untuk rangkaian detektor dengan ±Vs = ±15 Volt) maka Vo = +Vsat.

Gambar  kurva karakteristik I-O

Dengan Vref = bertegangan positif 

Rangkaian detektor inverting dengan tegangan input Vi berupa gelombang segitiga dan tegangan referensi Vref  > 0 Volt adalah seperti gambar . 

Gambar  Rangkaian detektor inverting

Dengan menggunakan persamaan (1) maka Vi = V2 dan Vref = V1 sehingga bentuk gelombang tegangan output Vo  yang dihasilkan adalah seperti gambar.


Gambar Bentuk gelombang input dan gelombang output

Adapun kurva karakteristik Input-Ouput (I-O) adalah seperti gambar. Dengan Vi > Vref maka Vo = -Vsat dan sebaliknya bila Vi < Vref maka Vo = +Vsat.


Dengan Vref = bertegangan negatif

Rangkaian detektor inverting dengan tegangan input Vi berupa gelombang segitiga dan tegangan referensi Vref  < 0 Volt adalah seperti gambar . 

Gambar  Rangkaian detektor inverting

Dengan menggunakan persamaan (1) maka Vi = V2 dan Vref = V1 sehingga bentuk gelombang tegangan output Vo  yang dihasilkan adalah seperti gambar .

Gambar Bentuk gelombang input dan gelombang output

Adapun kurva karakteristik Input-Ouput (I-O) adalah seperti gambar. Dengan Vi > Vref maka Vo = -Vsat dan sebaliknya bila Vi < Vref maka Vo = +Vsat.

Gambar kurva karakteristik I-O

 Detektor non inverting

Dengan Vref = 0 Volt

Rangkaian detektor non inverting dengan tegangan input Vi berupa gelombang segitiga dan tegangan referensi Vref = 0 Volt adalah seperti gambar .

Gambar Rangkaian detektor non inverting

Dengan menggunakan persamaan (1) maka Vi = V1 dan Vref = V2 sehingga bentuk gelombang tegangan output Vo yang dihasilkan dengan simulasi multisim adalah seperti gambar.

Gambar Bentuk gelombang input dan gelombang output

Adapun kurva karakteristik Input-Ouput (I-O) adalah seperti gambar 77. Dengan Vi > 0 maka Vo = +Vsat dan sebaliknya bila Vi < 0 maka Vo = -Vsat.


Gambar kurva karakteristik I-O

 

Dengan Vref = bertegangan positif 

Rangkaian detektor non inverting dengan tegangan input Vi berupa gelombang segitiga dan tegangan referensi Vref > 0 Volt adalah seperti gambar. 

Dengan menggunakan persamaan (1) maka Vi = V1 dan +Vref = V2 sehingga bentuk gelombang tegangan output Vo yang dihasilkan dengan simulasi multisim adalah seperti gambar.


Gambar Bentuk gelombang input dan gelombang output

Adapun kurva karakteristik Input-Ouput (I-O) adalah seperti gambar. Dengan Vi > 0 maka Vo = +Vsat dan sebaliknya bila Vi < 0 maka Vo = -Vsat.


Gambar kurva karakteristik I-O

Dengan Vref = bertegangan negatif

Rangkaian detektor non inverting dengan tegangan input Vi berupa gelombang segitiga dan tegangan referensi Vref < 0 Volt adalah seperti gambar 

Gambar Rangkaian detektor non inverting

Dengan menggunakan persamaan (1) maka Vi = V1 dan -Vref = V2 sehingga bentuk gelombang tegangan output Vo  yang dihasilkan adalah seperti gambar 


Gambar Bentuk gelombang input dan gelombang output

Adapun kurva karakteristik Input-Ouput (I-O) adalah seperti gambar Dengan Vi > 0 maka Vo = +Vsat dan sebaliknya bila Vi < 0 maka Vo = -Vsat.

Gambar kurva karakteristik I-O


·      Sensor Asap MQ-2

Sensor asap MQ2 merupakan sensor yang biasanya digunakan untuk mengetahui kualitas udara atau untuk mengetahui kandungan yang terjadi dalam udara. Sensor MQ2 tersebut terbuat dari bahan peka gas yaitu SnO2. Jika sensor tersebut mendeteksi keberadaan gas tersebut di udara dengan tingkat konsentrasi tertentu, maka sensor akan menganggap terdapat asap rokok di udara. Ketika sensor mendeteksi keberadaan gas-gas tersebut, maka resistansi elektrik sensor akan turun. Pada dasarnya prinsip kerja dari sensor tersebut adalah mendeteksi keberadaan gasgas yang dianggap mewakili asap rokok, yaitu gas hidrogen, metana. Jika sensor tersebut mendeteksi keberadaan gas-gas tersebut di udara dengan tingkat konsentrasi tertentu, maka sensor akan menganggap terdapat asap rokok di udara. Ketika sensor mendeteksi keberadaan gas- gas tersebut maka resistansi elektrik sensor akan turun yang menyebakan tegangan yang dihasilkan oleh output sensor akan semakin besar. Dengan memanfaatkan prinsip kerja dari sensor MQ-2 kandungan gas-gas tersebut dapat di ukur Keluaran sensor ini berupa resistansi analog yang dengan mudah dapat dikonversi menjadi tegangan dengan menambahkan satu resistor biasa dengan mengkonversi impedansi ini menjadi tegangan, hasil bacaan sensor dapat dibaca oleh pin ADC (analog to digital converter) pada microcontroller. Tingkat sensitivitas sensor MQ-2 adalah sebagai berikut:

1. LPG dan propana : 200 - 5000 ppm

2. Iso butana dan hidrogen : 300 - 5.000 ppm

3. Metana : 5.000 - 20.000 ppm

4. Etanol / alkohol : 100 - 2.000 ppm

Sensor MQ-2 terbuat dari tabung keramik mikro Al203, Tin Dioksida (SnO2) yang merupakan lapisan sensitif, elektroda, dan pemanas yang terbuat dari plastik dan stainless steel. Sensor MQ2 memiliki 6 pin, 4 pin digunakan untuk input sinyal dan 2 pin lainnya digunakan sebagai pemanas sensor. Berikut adalah gambar dari rangkaian sensor MQ-2.


 Pada Gambar diatas sensor membutuhkan dua tegangan input, yaitu Heating Voltage (VC) dan Circuit Voltage (VH). VC dan VH harus menggunakan tegangan yang sama untuk menjamin kinerja dari sensor tersebut. Agar kinerja sensor lebih baik, maka dibutuhkan nilai RL yang sesuai, sehingga nilai resistansi sensor (RS) dapat terukur antara 3KΩ-30KΩ. VH digunakan untuk masukan suhu sensor, sedangkan VC digunakan untuk mendeteksi tegangan (VRL) pada resistansi beban (RL) yang dipasang dengan sensor. Sensor tersebut membutuhkan tegangan DC yang konstan (5 VDC) agar sinyal output sensor dapat terjaga keseimbangannya[9].

Aplikasi:

Mendeteksi atau mengukur Gas seperti LPG, Alkohol, Propana, Hidrogen, CO, dan bahkan metana

Monitor kualitas udara

Alarm kebocoran gas

Pemeliharaan standar keamanan

Menjaga standar lingkungan di rumah sakit 

    

·      Sensor Api

Flame sensor merupakan sensor yang mempunyai fungsi sebagai pendeteksi nyala api yang dimana api tersebut memiliki panjang gelombang antara 760nm – 1100nm. Sensor ini menggunakan infrared sebagai tranduser dalam mensensing kondisi nyala api.

Dalam kebanyakan pertandingan kompetisi robot, pendeteksian akan nyala api misalny lilin masih tetap jadi salah satu aturan yang umum dalam kompetensi lomba yang tidak akan pernah ditinggalkan. Dikarena itulah sensor ini mempunyai peran yang vital yang berfungsi sebagai “mata” bagi robot dalam menyelesaikan tugasnya menemukan posisi nyala api.

Biasanya digunakan pada kompetisi robot Cerdas Indonesia atau KRCI baik berbentuk laba-laba maupun seperti tank. Selain itu sensor ini sering juga digunakan untuk mendeteksi api pada ruangan di perkantoran, apartemen, maupun di perhotelan. Suhu normal pembacaan normal sensor ini yaitu pada 25 – 85 C dengan besar sudut pembacaan pada 60 .

Dengan memperhatikan jarak sensing antara objek yang akan disensing dengan sensor tidak boleh terlalu dekat, yang berakibat lifetime sensor yang cepat rusak.

F

Flame detector mampu mengaktifkan alarm bila mendeteksi adanya percikan api yang lebih beresiko menyebabkan bencana kebakaran. Prinsip flame detector menggunakan metode optic yang bekerja seperti UV (ultraviolet) dan IR (infrared), pencitraan visual api, serta spektroskopi yang berfungsi untuk mengidentifikasi api atau flame.flame detector juga mapu membedakan antara false alarm atau peringatan palsu dengan api sungguhan melalui komponen system yang dirancang dengan fungsi mendeteksi adanya penyerapan cahaya yang terjadi pada gelombang tertentu.

 

Terdeteksinya panas api maka akan semakin kecil resistansi pada sensor Flame Sensor sehingga memungkinkan arus untuk mengalir dan sensor ON.

 

Cara Kerja Sensor Flame

Cara kerja sensor ini yaitu dengan mengidentifikasi atau mendeteksi nyala api dengan menggunakan metode optik. Pada sensor ini menggunakan tranduser yang berupa infrared (IR) sebagai sensing sensor. Tranduser ini digunakan untuk mendeteksi akan penyerapan cahaya pada panjang gelombang tertentu.

Yang dimana memungkinkan alat ini untuk membedakan antara spectrum cahaya pada api dengan spectrum cahaya lainnya seperti spectrum cahaya lampu.

Berikut adalah contoh simulasi sensor flame menggunakan software “Proteus”.

Fitur dari flame sensor

Tegangan operasi antara 3,3 – 5 Vdc

Terdapat 2 output yaitu digital output dan analog output yang berupa tegangan

Sudah terpackage dalam bentuk modul

Terdapat potensiometer sebagai pengaturan sensitivitas sensor dalam mensensing

·      Active Passsive Buzzer

Pada dasarnya, prinsip kerja dari buzzer elektronika hampir sama dengan loud speaker dimana buzzer juga terdiri dari kumparan yang terpasang secara diafragma. Ketika kumparan tersebut dialiri listrik maka akan menjadi elektromagnet sehingga mengakibatkan kumparan tertarik ke dalam ataupun ke luar tergantung dari arah arus dan polaritas magnetnya. Karena kumparan dipasang secara diafragma maka setiap kumparan akan menggerakkan diafragma tersebut secara bolak-balik sehingga membuat udara bergetar yang akan menghasilkan suara.

Namun dibandingkan dengan loud speaker, buzzer elektronika relatif lebih mudah untuk digerakkan. Sebagai contoh, buzzer elektronika dapat langsung diberikan tegangan listrik dengan taraf tertentu untuk dapat menghasilkan suara. Hal ini tentu berbeda dengan loud speaker yang memerlukan rangkaian penguat khusus untuk

Fungsi Buzzer Elektronika

Pada dasarnya Buzzer Elektronika menyerupai loud speaker namun memiliki fungsi-fungsi yang lebih sederhana. Berikut adalah beberapa fungsi buzzer elektronika :

  • Sebagai bel rumah
  • Alarm pada berbagai peralatan
  • Peringatan mundur pada truk
  • Komponen rangkaian anti maling
  • Indikator suara sebagai tanda bahaya atau yang lainnya
  • Timer
  • Dan lain-lain
  • menggerakkan speaker agar menghasilkan suara yang dapat didengar oleh manusia.


4. Prosedur Percobaan[kembali]

1.     Siapkan semua alat dan bahan yang diperlukan

2.     Disarankan agar membaca datasheet setiap komponen dan mendownload library bila dibutuhkan

3.     Cari komponen yang diperlukan di library proteus

4.     Pasang komponen sesuai dengan rangkaian yang dibawah

5.     Atur nilai potensiometer atau testpin pada rangkaian

6.     Buat rangkaian pengkondisi sinyal

7.     Atur sensitivitas dari sensor api dan sensor gas

8.     Atur masukkan dari sensor agar dapat menghidupkan motor dan buzzer


5. Rangkaian[kembali]



Kondisi OFF


Kondisi ON


5. Prinsip Kerja [kembali]

Pada simulasi ini digunakan 2 buah sensor yaitu sensor api dan gas

Pendeteksi Asap menggunakan sensor gas MQ-2. Saat sensor mendeteksi asap maka sensor akan mengrimkan output HIGH ke potensiomenter. fungsi potensiomenter ini sendiri adalah untuk mengatur masukkan dari sensor tersebut sehingga banyaknya partikel asap yg terdeteksi bs diatur. kemudian dari potensiometer akan masukke kaki non-inverting komparator dan kaki inverting komparator juga terpasang potensiometer. fungsi potensiometer pada kaki inverting detektor adalah mengatur sensitvitas, sehingga pada detektor akan mengeluarkan output HIGH begitu tegangan inputan sensor lebih besar daripada sensitivias dan sebaliknya bila tegangan sensitivitas lebih tinggi maka output detektor akan bernilai LOW. Jika output detektor bernilai HIGH, maka akan menghidupkan LED dan juga base transistor NPN. bila base transistor NPN bernilai tegangan 0.86, maka transistor aktif seluruhnya sehingga tegangan akan mengalir dari kolektor ke emitter, tentu saja relay yang terhubung di kaki base akan hidup. sehingga buzzer akan hidup.

Begitu pula dengan Pendeteksi Api, Saat sensor mendeteksi api maka sensor akan mengrimkan output HIGH ke potensiomenter. fungsi potensiomenter ini sendiri adalah untuk mengatur masukkan dari sensor tersebut sehingga besarnya api yg terdeteksi bisa diatur. kemudian dari potensiometer akan masukke kaki non-inverting detektor dan kaki inverting detektorjuga terpasang potensiometer. fungsi potensiometer pada kaki inverting detektor adalah mengatur sensitvitas, sehingga pada detektor akan mengeluarkan output HIGH begitu tegangan inputan sensor lebih besar daripada sensitivias dan sebaliknya bila tegangan sensitivitas lebih tinggi maka output detektor akan bernilai LOW. Jika output detektor bernilai HIGH, maka akan menghidupkan LED dan juga base transistor NPN. bila base transistor NPN bernilai tegangan 0.86, maka transistor aktif seluruhnya sehingga tegangan akan mengalir dari kolektor ke emitter, tentu saja relay yang terhubung di kaki base akan hidup. sehingga motor akan hidup.

7. Video Simulasi[kembali]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mata Kuliah Sensor Kelas B Oleh :   Sadid Mandra Suwandi 1710952009 Dosen Pengampu :   Dr. Ir. Darwison, M.T.  Referensi : a. Boylestad, Rob...